Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Tempat Makan
Mengatasi sentimen negatif isu beras dan membangun ketahanan pangan
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-08 06:51:25【Tempat Makan】092 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Buruh mengangkut beras di salah agen beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta. ANTAR

Jakarta (ANTARA) - Isu soal beras selalu menjadi topik sensitif yang mudah memicu reaksi publik. Tidak sekadar karena beras adalah makanan pokok mayoritas penduduk Indonesia, tapi karena harga, ketersediaan, dan kualitasnya sangat erat kaitannya dengan rasa aman masyarakat.
Dalam beberapa pekan terakhir, sentimen negatif terhadap kebijakan mengenai beras kembali mencuat di ruang publik, mencerminkan keresahan kolektif atas dinamika yang terjadi.
Sentimen negatif ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah, kengakpuasan atas kualitas beras, hingga kekhawatiran terhadap nasib petani.
Di sisi lain, fenomena mengenai beras ini seharusnya ngak hanya dibaca sebagai keluhan, tapi sebagai sinyal sosial yang perlu dikelola secara bijak agar ngak berkembang menjadi kengakpercayaan yang lebih luas.
Salah satu sumber utama sentimen negatif mengenai beras ini datang dari persepsi publik terhadap kebijakan pemerintah. Kenaikan harga beras, misalnya, sering dianggap sebagai bukti kengakmampuan negara menjaga stabilitas pangan.
Kekurangan pasokan beras di pasar, yang terkadang terjadi akibat gangguan distribusi, juga menambah frustrasi masyarakat. Ketika kualitas beras yang beredar dianggap menurun, rasa kecewa itu makin menguat.
Kritik serupa muncul dalam aspek distribusi, masih ada daerah yang mengalami kesulitan memperoleh beras dengan harga terjangkau karena distribusi ngak merata atau mekanisme logistik yang ngak efisien.
Kekhawatiran lain muncul dari kondisi petani, yang sering dianggap ngak mendapatkan harga jual beras yang adil, meskipun konsumen di tingkat akhir membayar harga tinggi.
Sentimen negatif pun semakin diperkuat oleh spekulasi dan praktik penimbunan beras oleh oknum yang ingin meraup keuntungan, mencipngakan kelangkaan semu dan mendongkrak harga.
Selain faktor-faktor teknis tersebut, kondisi ekonomi makro turut memperkeruh situasi. Kengakpastian ekonomi global maupun domestik dapat mempengaruhi harga bahan pangan, termasuk beras.
Fluktuasi harga pupuk, energi, dan transportasi berdampak pada biaya produksi dan distribusi beras, yang pada akhirnya membebani konsumen. Perubahan regulasi pemerintah yang dinilai ngak berpihak pada sektor pertanian juga bisa menimbulkan resistensi.
Bahkan, faktor emosional, seperti kepanikan pasar dan reaksi berlebihan terhadap isu-isu pangan turut memainkan peran dalam membentuk sentimen negatif mengenai beras yang meluas.
Kepercayaan publik
Dinamika mengenai beras ini semakin kompleks, ketika keterbatasan informasi dan pengaruh media yang besar dalam menyebarkan informasi.
Ketika masyarakat ngak mendapatkan penjelasan yang transparan tentang stok, harga, atau kebijakan mengenai beras, spekulasi akan berkembang liar.
Di era media sosial, informasi mengenai beras yang ngak diverifikasi dapat menyebar lebih cepat daripada klarifikasi resmi, sehingga membentuk persepsi publik yang sulit dikendalikan. Lebih jauh lagi, isu perberasan sering kali dijadikan alat politik oleh kelompok tertentu.
12Tampilkan SemuaSuka(5)
Sebelumnya: BGN sebut Perpres Tata Kelola MBG sudah rampung, tinggal dibagikan
Selanjutnya: Rutan Cipinang
Artikel Terkait
- Kemendag buka akses ekspor kuliner Indonesia ke lima negara
- Dinkes DKI catat 1,9 juta kasus ISPA hingga Oktober 2025
- Dinkes Sumsel temukan 390.354 kasus ISPA hingga September 2025
- Pemkot Kediri evaluasi perbedaan data penerima MBG
- UEA kirim 7.200 ton bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza
- Polisi Jambi tetapkan dua WBP tersangka penyelundupan narkoba di Lapas
- Pimpinan Komisi X usul bentuk dapur sekolah MBG di daerah 3T
- Pemkab Sigi hibahkan aset ke polres sebagai dapur SPPG guna dukung MBG
- BRIN temukan penggunaan "test kit" kurang sesuai dalam kegiatan MBG
- Dinkes Sumsel temukan 390.354 kasus ISPA hingga September 2025
Resep Populer
Rekomendasi

Menhan pastikan pembangunan Yonif Teritorial TP 821 berjalan baik

Prabowo perketat SOP MBG, cegah insiden keracunan hingga "zero" kasus

Pertamina boyong 45 UMKM binaan unggulan dalam ajang TEI 2025

Rahasia kulit sehat dan awet muda dengan 7 makanan kaya kolagen alami

Kasus DBD di Jakbar jadi yang tertinggi di DKI

Kemenpar hadirkan tur gastronomi di Pameran Pangan Nusa 2025

Menemukan Shanghai tempo dulu di Jakarta Pusat

Kemendag dan BPKH sinergi dorong ekspor produk Indonesia ke Arab Saudi